Fakultas MIPA Universitas Jember selenggarakan kegiatan MIPAnet SCHOOL 2019 dengan topik “Green Composites” di Auditorium Jurusan Fisika FMIPA UNEJ (24-26/10). “MIPAnet School di Fakultas MIPA Unniversitas Jember menghadirkan Prof. Ir. Dr. Mohd. Sapuan, FSAE dari Universiti Putra Malaysia (keynote speaker), D.Agr.Sc. Ragil Widyorini, S.T., M.T. dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Dr. Moh. Asrofi dari Fakultas Teknik UNEJ dan saya sendiri mewakili tuan rumah FMIPA” ujar Drs. Sujito, Ph.D. Dekan FMIPA UNEJ dalam sambutan pembukaan. Seperti dikutip dalam laman MIPAnet bahwa tujuan dari MIPAnet School ini adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa program sarjana untuk mendapatkan pengalaman belajar tingkat lanjut dalam topik atau bidang perkuliahan tertentu. Program ini juga dirancang untuk melatih dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan belajar mandiri. Lebih jauh Sujito menjelaskan kegiatan MIPAnet School diselenggarakan secara bergilir di beberapa perguruan tinggi dengan cara mendaftar pada laman MIPAnet. “Agenda MIPAnet School juga bisa digunakan sebagai persiapan akreditasi program studi yang sekarang ini telah menerapkan 9 standar” tutupnya.
Dalam kesempatan itu FMIPA Universitas Jember melalui Dekan FMIPA UNEJ melakukan MoA (Memorandum of Agreement) dengan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang dalam hal ini diwakili oleh Herri Trilaksana, S.Si, M.Si., Ph.D. dari Departemen Fisika. Kedua fakultas sepakat untuk meningkatkan kerja sama baik penelitian hingga penyelenggaraan kegiatan bersifat internasional. Jurusan Fisika sendiri dalam setahun kedepan berencana untuk menggelar agenda konferensi berlevel internasional. Dengan adanya MoA tersebut diharapkan terjadi sinergi dalam pelaksanaan konferensi sebagai pemateri maupun peserta.
Prof. Ir. Dr. Mohd. Sapuan, FSAE dari University Putra Malaysia sebagai keynote speaker mengawali agenda MIPAnet School 2019 dengan judul Green Composites and Research Developments on Green Composites in Malaysia. “Kenapa green composites karena kita memerlukan cara untuk mengurangi limbah atau sampah yang susah untuk diurai, plastik contohnya untuk men-decomposed-nya kita memerlukan waktu 450 hingga 1000 tahun lamanya” awal Prof. Sapuan yang dalam seminggu ini telah kedua kalinya sebagai keynote. lebih jauh Sapuan menjelaskan bahwa bahan dari alam lah yang menjadi solusinya selain ramah lingkungan, dari sisi pengolahannya juga tidak memerlukan ongkos yang besar karena tersedia di sekitar kita. “Hasil olahan dengan menerapkan green composites telah kami produksi dengan berbahan ramah lingkungan seperti perabot rumah tangga hingga onderdil kendaraan bermotor” jelasnya.
Pada sesi kedua hari pertama, Dr. Moh. Asrofi, S.T. dari Fakultas Teknik Universitas Jember memaparkan Bio-Nanofiber as Reinforcement in Green Composites. “Secara struktur composites adalah gabungan dari material fiber dengan matriks dan fiber sebagai penguatnya” awal Asrofi yang menyelasaikan studi di Universitas Andalas Padang. Asrofi menjelaskan green compsites itu seperti apa, bahan mentah dari green composites yang ada di Jember, tren dari fiber nanocelular, pembuatan green/bio composites dan karakteristik dari green composites.
Drs. Sujito. Ph.D. sebagai pemateri pertama di hari kedua berharap para peserta kegiatan MIPAnet School 2019 ini semakin sadar akan bahaya limbah plastik dan juga berkontribusi dalam program pemerintah yakni SDGs (Sustainable Development Goals) khususnya indikator tentang lingkungan. “Green Composites kita angkat karena dewasa ini masalah lingkungan sudah dalam tahap mencemaskan, sebagian besar limbah adalah berasal dari bahan yang susah untuk di daur ulang” jelasnya. Sujito juga menyinggung pentingnya bahan alam disekitar kita yang ramah lingkungan untuk dijadikan bahan baku dalam produksi.
Dokumentasi MIPAnet School 2019 FMIPA Universitas Jember
Sesi berikutnya D.Agr.Sc. Ragil Widyorini, S.T., M.T. dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada menyampaikan bahwa green composites dikembangkan bersama oleh beberapa fakultas di lingkungan UGM Yogyakarta. Alumnus Kyoto University Jepang ini menjelaskan tentang komposit tanpa perekat, pengembangan perelat alami dan pengembangan komposit berbahan serat alam. “Kenapa saya tertarik perekat atau lem karena bisa jadi bahan yang diolah telah ramah lingkungan akan tetapi diantaranya masih menggunakan lem yang masih berbahan kimia. sehingga dari bahan,proses hingga finishing benar-benar baik untuk lingkungan” jelasnya. Lebih jauh Ragil juga mengungkapkan pemanfaat limbah telah banyak kita nikmati tanpa kita sadari. “WPC atau Wood Plastic Composites adalah campuran serat bekas serbuk kayu proses gergaji dengan daur ulang plastik, kini WPC telah banyak digunakan di gedung perhotelan, perkantoran dengan tema minimalis” tutupnya.