Tanaman transgenik merupakan produk dari kecerdasan bioteknologi yang dihasilkan melalui proses pemindahan gen ke organisme hidup, sehingga organisme tersebut memiliki sifat dan ciri-ciri baru yang akan diteruskan pada keturunannya. Yakni tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resistensi terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Kehadirannya membantu mengatasi permasalahan krisis pangan akibat ketidakseimbangan antara produksi pangan dengan daya konsumtif penduduk. Universitas Jember menjadi salah satu perguruan tinggi yang ikut andil terhadap perkembangan tanaman transgenik. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Bambang Sugiharto dari Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNEJ mulai tahun 1994 hingga tahun 2003 menghasilkan varietas tebu transgenik. “Dengan memakai teknologi rekayasa genetika atau bioteknologi kita bisa menghasilkan varietas tebu yang memiliki rendemen tinggi. Di Indonesia baru kita di UNEJ yang mengembangkan,” kata Guru Besar yang juga Ketua Center for Development of Advanced Science and Technology (C-DAST) Universitas Jember.
Tebu transgenik ini mampu menghasilkan produksi mencapai 20-30 persen lebih tinggi daripada tebu varietas lain pada saat ditanam di lahan kering. Tanaman transgenik terbilang pengembangan yang masih baru. Sehingga penelitian yang berkaitan dengan efek kesehatan dari makanan transgenik masih terbatas. Dampak negatif jangka panjang yang di khawatirkan oleh masyarakat seperti kanker, alergi, hingga resistansi terhadap antibiotik menjadi pertimbangan kehadirannya. Pro dan kontra tanaman transgenik masih belum menemukan penyelesaian. Hingga saat ini BPOM mensyaratkan produk makanan olahan yang mengandung bahan transgenik di atas 5% wajib mencantumkan kode Pangan Rekayasa Genetika (PRG). Dengan pencantuman kode PRG tersebut, masyarakat sebagai konsumen diberi hak dan pendapat untuk memilih, apakah mau mengonsumsi produk makanan transgenik atau non transgenik.
Pemanfaatan text mining dapat membantu dalam mengelola pendapat masyarakat tentang produk tanaman transgenik. Kecanggihannya, dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mendapatkan informasi dan mengidentifikasi pendapat. Pada era millenial ini, untuk mendapatkan informasi sangatlah mudah. Kebebasan berpendapat sangat dapat dirasakan. Pertumbuhan media sosial juga sangat mendukung sebagai wadah meluapkan, mengomentari, atau sekedar untuk me-repost suatu pendapat yang dianggapnya benar. Komentar ataupun pujian di media sosial atau jejaring internet dapat dijadikan masukan sebagai pengembangan produk. Sangatlah tidak efisien ketika satu persatu pendapat harus dibaca secara manual, hal itu juga membutuhkan waktu yang lama.
Dengan text mining, memudahkan pekerjaan untuk mengolah unstructured data secara otomatis. Text mining bekerja dengan mencari dan mengidentifikasi kata-kata yang mewakili isi dari suatu dokumen teks melalui proses pembelajaran pada data teks tersebut. Nantinya unstructured data yang telah diperoleh tersebut akan diolah, dengan harapan memberi informasi tentang persepsi dan kepercayaan publik terhadap tanaman transgenik. Sehingga tanaman transgenik khususnya tebu yang telah dibudidayakan dapat tepat dan sesuai target pasar.