Program Studi Biologi FMIPA Universitas Jember selenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah Kultur Jaringan secara daring (12/11). Dengan mengambil tema “Epigenetics in Plant Tissue Culture” menghadirkan Lucia Kusumawati, Ph.D. tenaga pengajar di Department of Food Technology, Faculty of Life Science, International University Liaison Indonesia (IULI). “Apa itu perubahan epeginetik dan bagaimana perubahan epigenetic menyebabkan perubahan ekspresi gen, serta perubahan epigenetic, struktur kromatin dan ekspresi gen yang terjadi dalam proses pembentukan kalus hasil kultur jaringan” awal Lucia yang selesaikan doktoral di The Australian National University-Research School of Biology dengan bidang ilmu Plant Sciences. Lebih lanjut Lucia menjelaskan tentang contoh variasi epigenetik (yang tidak diinginkan) pada kultur tanaman yang disebabkan oleh stres serta prosedur yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya planlet yang tidak normal akibat variasi epigenetic yang tidak diinginkan. Kuliah tamu prodi Biologi kali ini menarik perhatian karena pemateri yang memiliki banyak pengalaman di bidang kultur jaringan tanaman. Bidang keilmuan yang ditekuni meliputi fisiologi tanaman, bioteknologi tanaman, plant-microbe interactions dan plant-insect pest interactions.
Respon peserta yang mengikuti kuliah tamu ini juga tak kalah menarik, banyak pertanyaan yang ditanyakan oleh peserta mahasiswa kepada pemateri. Aldin Alfan Hidayat menanyakan mengenai metilasi DNA dapat terjadi melalui mekanisme secara langsung dan tidak langsung, apakah terdapat perbedaan mekanisme tersebut dan apakah mekanisme tersebut dapat berlangsung secara bersamaan. “Metilasi secara langsung terjadi di DNA, secara tidak langsung terjadi di histon dan kedua mekanisme tersebut dapat berlangsung bersamaan” jawab Lucia yang mendapatkan gelar master di Wageningen University and Research dengan bidang ilmu Bioteknologi (Biologi Molekuler).
Diskusi dilanjutkan dengan pertanyaan dari Lailiyah Maulidatul Hasanah tentang bagaimana cara untuk meminimalisir adanya abnormalitas pada kultur jaringan serta bagaimana mengetahui tanaman hasil kultur jaringan mengalami epigenetik. “Untuk meminimalisir adanya abnormalitas pada kultur jaringan, dapat dilakukan dengan meminimalkan berbagai stress yang mungkin timbul” jelasnya. Lucia melanjutkan Eksplan mengalami berbagai stress antara lain akibat, pelukaan pada jaringan, protoplas yang terpapar, gula pada media yang berbeda dari hasil photosyntat, aplikasi hormon tumbuhan sintetis yang berbeda dengan hormon endogen dan kelembaban yang makin tinggi di dalam wadah kultur. Oleh karena itu, faktor-faktor yang sekiranya dapat menyebabkan stress ditekan seminimal mungkin. Tidaklah mudah untuk mendeteksi perubahan epigenetik yang tidak diinginkan pada tanaman hasil kultur jaringan.
Contoh epigenetic changes yang tidak diinginkan pada kultur jaringan kelapa sawit, adalah abnormalitas pada bunga kelapa sawit hasil kultur jaringan. Abnormalitas baru dapat diketahui setelah kelapa sawit berbunga dan umumnya tanaman kelapa sawit baru mulai berbunga setelah berumur 2 tahun. Lucia juga menambahkan bahwa pengamatan bibit selama masa pembibitan (1 tahun pertama) biasa dilakukan di perkebunan kelapa sawit dan umumnya bibit abnormal yang diseleksi sebesar 10-15% dan bibit kultur jaringan kelapa sawit (ramet) yang dapat dihasilkan oleh suatu lab umumnya sangatlah banyak
“Apakah penambahan ZPT pada proses kultur jaringan berpotensi dalam menginduksi epigenetik?” tanya Waki’atil Rosida. Lucia menjelaskan Perubahan epigenetic pasti terjadi dalam dalam proses pembentukan kalus selama kultur jaringan tanaman dimana penambahan ZPT dilakukan. Peserta dosen menanyakan bagaimana hubungan epigenetik dengan kanker. “Kemungkinan kanker juga dipengaruhi oleh epigenetik, sudah ada beberapa penelitian terkait epigenetik pada manusia, namun jarang ditemukan pada tanaman” tutupnya.