Dr. Zaiton Sapak dari Universiti Teknologi MARA Malaysia menyampaikan materi Parasitic Plants dalam sharing session Kuliah Parasitologi (3/10). Parasitic Plants atau Tumbuhan parasit adalah organisme yang menetap di tumbuhan inang melalui organ khusus. “Organ khusus itu berkembang dan menembus jaringan pembuluh darah inang serta memenuhi kebutuhan nutrisi, air, dan mineral dari tanaman inang,” awal Dr. Zaiton Sapak. Dikatakan bahwa hampir 4.500 spesies dalam 28 famili, mewakili 1% dari seluruh spesies angiospermae memanfaatkan sistem pembuluh darah tumbuhan lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Sharing session yang dipandu Purwatiningsih, S.Si., M.Si., Ph.D. Dosen Jurusan Biologi juga menjelaskan tumbuhan parasit dibedakan menjadi beberapa jenis, dilihat dari aktif secara fotosintesis (hemiparasit), kurangnya aktivitas fotosintesis, sepenuhnya terikat pada inang untuk karbon (holoparasit, parasit opsional atau obligat, dan menempel pada akar atau batang inangnya. “Tanaman parasit tumbuh di agroekosistem dengan keanekaragaman hayati rendah, dan keberadaannya menyebabkan kehilangan hasil yang sangat besar di lahan pertanian,” ungkap Dr. Zaiton Sapak.
Tanaman parasit harus menyinkronkan siklus hidupnya dengan inangnya untuk kebugaran maksimal. Dijelaskan pula beberapa spesies merupakan parasit opsional yang dapat bertahan hidup tanpa adanya inang, sedangkan spesies lainnya bersifat parasit dan tidak dapat berkembang secara mandiri. “Ada yang disebut koneksi haustorial yang sukses dengan inang menyebabkan kerusakan permanen pada sebagian besar siklus hidup tanaman, menurunkan hasil panen, menurunkan nilai tanaman, dan mengkontaminasi benih parasit,” jelasnya.
Dr. Zaiton Sapak juga memaparkan mengenai jamur patogen, diantaranya diklasifikasikan sebagai nekrotrof.Jamur ini biasanya bersifat saprofit dan dapat bertahan hidup dengan baik sebagai sklerotia, spora, atau sebagai miselia pada bahan inang yang mati tanpa adanya inang yang hidup. “Jika diberi kesempatan, jamur ini menjadi parasit, membunuh, dan kemudian memakan jaringan tanaman mati,” lanjutnya.
Disinggung mengenai bakteri patogen, seperti diketahui bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, umumnya berukuran antara 1-2 µm dan tidak dapat dilihat dengan mata biasa. “Bakteri patogen tanaman di alam paling sering terjadi pada sisa-sisa tanaman yang tertinggal di permukaan tanah, dalam dan pada biji, dalam tanah, dan berasosiasi dengan inang abadi, ada juga pada air dan beberapa lagi di dalam atau di dalam serangga'” terangnya.
Pada sharing session yang diadakan secara daring ini dijelaskan mengenai virus parasit. Virus ada beragam kelompok yang menginfeksi inang mulai dari tumbuhan uniseluler hingga pohon dan ukuran virus itu bersifat ultramikroskopis. Dr. Zaiton Sapak mengatakan virus menginfeksi struktur seluler inang dan mengendalikan sebagian sistem subseluler tumbuhan. Dan replikasi virus bergantung pada perakitan kumpulan partikel baru dari komponen yang diperlukan.
“Lanjut kita bahas tentang viroid parasit yang merupakan agen infeksi yang hanya terdiri dari RNA tanpa lapisan pelindung seperti lapisan protein,” tuturnya. Viroid dapat menyusup ke sel tumbuhan hanya jika membran disekitarnya sudah rusak. Mereka sering memanfaatkan kerusakan jaringan tanaman yang disebabkan oleh serangga. Begitu masuk, viroid dapat berpindah dari satu sel tumbuhan ke sel tumbuhan lainnya melalui sambungan seluler. Viroid menginfeksi tanaman dan direplikasi dengan mengorbankan sel inang.
Nematoda Parasit adalah bahasan akhir pada presentasi yang disajikan Dr. Zaiton Sapak yang beberapa kali memberikan sharing session kuliah pada mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA UNEJ. Dijelaskan bahwa sel tumbuhan yang dimakan nematoda biasanya tidak dibunuh. Beberapa diantaranya menetap di satu lokasi untuk membangun tempat makan permanen. “Nematoda yang hidup bebas sering ditemukan dalam sampel tanah dalam jumlah besar bersama dengan nematoda parasit tumbuhan,” pungkasnya. Acara diakhiri dengan tanya jawab dengan peserta sharing session.