“Inspirasi dan semangat untuk menjadi ilmuwan saya peroleh dari para Dosen pengajar S1 di Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Jember. Suasana akademis selama perkuliahan dan kegiatan diluar kuliah selalu menyenangkan untuk saya bisa nikmati” awal cerita Dr. rer. nat. Fuad Bahrul Ulum, S.Si., M.Sc. yang merupakan alumni Program Studi Biologi FMIPA Universitas Jember tahun 2007. Hampir di setiap perkuliahan, para dosen selalu memberikan wawasan keilmuan yang mendalam dan mengispirasi untuk mengembangkan diri dengan melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. “Di semester akhir studi saya, beberapa dosen yang baru lulusan S3 dari luar datang. Kehadiran mereka memberikan motivasi saya untuk bertekad studi S2 ke luar negeri. Jepang, Australia, Amerika, dan Jerman adalah list negara tujuan studi yang saya inginkan.” lanjutnya. Tahapan awal pendaftaran untuk ke Jerman datang dari Ibu Kartika Sejarini, alumni S3 Rostock, Jerman. “Saat itu beliau mensupport saya untuk mendaftar program magang bagi peneliti di bidang Bioteknologi.” ungkapnya. Selama proses seleksi, mendapatkan kesempatan untuk kursus Bahasa Jerman di Göthe Institute Jakarta yang memberikan gambaran tentang budaya dan kehidupan sehari-hari orang Jerman yang memang terkenal disiplinnya. “Kegagalan pada tahap seleksi membuat saya semakin termotivasi untuk studi lanjut, perkenalan dengan ilmuwan dari intitusi lain dari Indonesia selama kursus membuka cakrawala berfikir saya tentang luasnya kesempatan yang bisa diraih oleh orang yang berkemauan.” kenangnya. Salah satu dorongan semangat yang selalu beliau ingat adalah “masih banyak bintang dilangit yang bisa dipetik” adalah kata-kata inspiratif Pak Agung Budi Santoso yang merupakn dosen jurusan Kimia FMIPA.
Diterima sebagai Dosen Biologi FMIPA pada tahun 2009 memberi kesempatan untuk Pak Fuad dalam mewujudkan mimpi menjadi seorang ilmuwan. Sebagai seorang ilmuwan dan pengajar, meningkatkan pengetahuan adalah kebutuhan utama. Upaya mendaftar beberapa univeritas membuahkan hasil dengan penawaran dan penerimaan dari beberapa universitas dari Australia, Jepang, Belanda, dan Jerman dengan beberapa jenis skema beasiswa. “Saya memilih untuk mendaftar ke Göttingen University dengan dukungan beasiswa Erasmus mundus dengan pertimbangan Bahasa Jerman tingkat dasar yang saya kuasai dan keinginan untuk memjelajahi daratan EROPA, seperti yang digambarkan dalam novel Edensor karya Andrea Hirata.” lanjutnya.
Studi S2 beliau dibidang “tropical and international forestry” dari fakultas kehutanan dan thesis saya dibidang perkembangan tumbuhan di Fakultas biology and psikologi Göttingen University. Kultur disiplin, kerja keras, mandiri, dan terorganisir sangat kental terasa di kehidupan sehari-hari. Perkuliahan dilaksanakan cenderung fleksibel dengan mahasiswa tidak ada kewajiban untuk hadir dikelas. “Hal itu memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa mengambil lebih banyak mata kuliah yang saya inginkan, sehingga hampir setiap hari dari jam 8 pagi-hingga jam 8 malam mengikuti banyak perkuliahan.” ujarnya. Pak Fuad juga bercerita bahwan hampir setiap weekend selalu nikmati untuk jelan-lajan melihat kota dan desa di penjuru Jerman.
Sebanyak 24 mahasiswa S2 seangkatan beliau didominasi mahasiswa internasional, dan hanya 6 mahasiswa asal Jerman. Beragamnya asal-usul teman mahasiswa internasional yang semua smart, bersahabat, saling mendukung menjadikan kegiatan belajar dikampus dan diluar kampus cukup menyenangkan. Dia juga bercerita hampir setiap makan siang selalu bersama-sama di kantin kampus, selama makan siang hampir setiap individu berbicara dan berdiskusi hal yang menyenangkan tentang perkuliahan dan kehidupan di negara asal masing-masing dan tidak jarang mempelajari bahasa mereka. “Studi S2 saya rampungkan selama 20 bulan dengan hasil cukup memuaskan dan ditambah pengalaman mengunjungi negara-negara Eropa.” ungkapnya.
Pak Fuad menempuh studi S3 dengan topik “Pengaruh stress cahaya dan efek polyploidy tumbuhan fakultatif apomiksis” dengan pembimbing yang sama saat tesis yakni Prof. Elvira Hörandl. Beliau adalah professor bidang biosistematik dan perkembangan tumbuhan yang produktif. Untuk dapat diterima menjadi mahasiswa bimbingan riset, semua kandidat harus lulus kuliah dan tes dari beliau. Persiapan keberangkatan studi doktor di Jerman terasa lebih mudah dibandingkan dengan persiapan saat S2. Dengan dukungan beasiswa LPDP, support finansial lebih memadai. Untuk mahasiswa yang berkeluarga, support dari pemerintah Jerman dan Universitas juga cukup memadai dengan adanya fasilitas rumah untuk keluarga, biaya sekolah anak digratiskan, dan tunjangan finansial lain.
Studi S3 di Jerman mungkin cukup berbeda dengan di Indonesia karena mahasiswa doktor fokus utamanya adalah secara mandiri melakukan riset sesuai dengan arahan Supervisor. Hubungan yang baik dengan supervisor atau istilah di jerman “Doktorvater” adalah hal yang mutlak. Setiap hari saat tea break, semua tim riset duduk bersama menikmati teh hangat sambal berdiskusi selama 45 menit tentang berbagai hal dari permasalahan laboratorium hingga menceritakan publikasi terbaru yang sedang menarik. Kemudian setiap seminggu sekali dijadwalkan rutin, satu peneliti mempresentasikan perkembangan risetnya di seminar. Dengan komunikasi rutin dan terbuka, hampir semua permasalahan dan kendala di institusi dapat diselelesaikan.
Tantangan utama dari mahasiswa S3 adalah kedisiplinan. Setiap penelitian selalu membutuhkan konsentrasi, tenaga dan manajemen waktu. Pak Fuad berpesan bahwa Trial and error yang dihadapi selama penelitian harus diselesaikan secara mandiri. “Bantuan dari peneliti atau posdoc mengenai teknis di laboratorium selalu ada, namun keputusan dalam menentukan metode yang diambil adalah keputusan individual.” tutupnya. Selamat datang Dr. rer. nat. Fuad Bahrul Ulum di FMIPA Universitas Jember