“Saya harus pandai mengatur waktu pemusatan latihan dengan kuliah dan praktikum. Hari jumat hingga minggu saya di Sidoarjo mengikuti training center, esoknya sudah di Jember untuk mengikuti perkuliahan. Hal itu saya lakukan setiap 2 minggu sekali” ungkap Veren Yuliana Saputri, mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA UNEJ angkatan 2016 peraih medali Perunggu kategori Sport Class C Female dalam ajang 1st Pencak Silat Tapak Suci World Championship pada 30 Agustus – 5 September 2019 di Solo Jawa Tengah. Veren juga menceritakan awal keikutsertaan dalam kejuaraan berlevel dunia tersebut. “Pertama kali saya mewakili Tapak Suci UNEJ untuk mengikuti seleksi menjadi tim Jember, setelah lolos dan mewakili Jember untuk tahap selanjutnya di tingkat Jawa Timur. Pada bulan April 2019 yang lalu saya lolos dan menjadi pantauan tim Tapak Suci Jawa Timur” kenangnya. Disaat dalam pantauan itulah Veren berjuang untuk membagi antara waktu pemusatan dan kegiatan perkuliahan atau praktikum semaksimal mungkin. “Saya lakukan mulai awal semester 5, lumayan berat membagi waktu pemusatan latihan dan perkuliahan, demi syiar dan prestasi juga merupakan amanah dan tanggung jawab untuk saya” cerita dara asli Kencong, Kabupaten Jember.
Akhir bulan Juni 2019 yang lalu, Tapak Suci Jawa Timur melakukan seleksi penetapan kelas tanding. Ada sekitar 27 kelas tanding fighter dan seni silat yang di gelar. Veren sendiri termasuk pada kategori kelas fighter dan setelah proses seleksi tetap bertahan pada kelas C putri yakni untuk berat 55 – 60 kg. Pemusatan Jawa Timur sendiri dibagi menjadi 2 zona yakni Surabaya dan Jember. “Kebetulan bulan Juli – Agustus saya KKN di Bondowoso, jadi tiap sabtu – minggu ijin ke Pak Kades, DPL dan temen KKN untuk mengikuti TC di Jember. Di tempat KKN pun saya juga menyempatkan latihan 1 hari disela – sela kesibukan proker” imbuhnya.
Setelah KKN di Desa Glingseran dan berpamitan dengan orang tua, Veren melakukan persiapan kejuaran dunia melalui kegiatan camp di Mojokerto. Kejuaraan dunia Pencak Silat di Solo selain Indonesia diikuti beberapa negara yaitu Jerman, Algeria, Mesir, Palestina, Thailand, Singapore, Taiwan dan Timor Leste. Khusus Indonesia berkompetisi mewakili propinsi masing-masing karena ini kejuaraan internal Pencak Silat Tapak Suci. “Satu kelas saya di kejuaraan dunia itu ada 22 orang, saya menang dari wakil Sulawesi Selatan, Riau dan Jawa Tengah. Hanya saja di semifinal, saya kalah dari Sumatera Selatan yang notabene atlit Pra Pon” ungkap Veren yang sempat bersua Abbas Akbar Pelatih Tim Nasional Pencak Silat Indonesia.
Veren meraih keberhasilan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seminggunya, bisa melakukan 5 kali latihan atau mungkin lebih. “Setengah 6 pagi saya sudah di lapangan UNEJ untuk fisik sendiri atau kadang ditemani pelatih juga beberapa teman. Sorenya jika tidak ada kuliah/praktikum saya latihan dengan teman-teman Tapak Suci UNEJ dan malamnya juga latihan dengan Tapak Suci cabang lainnya di Jember” pungkasnya. Dalam kesempatan tersebut Veren berpesan untuk yang ingin mengikuti jejaknya agar menentukan visi misi hidup mulai sekarang seperti kata Nido Qubein bahwa orang prestasi selalu membandingkan prestasi dengan tujuan mereka, sedang pecundang selalu membandingkan prestasi mereka dengan prestasi orang lain. Semangat meraih mimpi.